Flores Timur Nusa Tenggara Timur, Borneoindonesia.com – 23 Agustus 2021. Jabatan sebagai orang nomor wahid di Kabupaten Flores Timur, tidak membuat Anton Hadjon menjadi jumawa. Ia mengakui, bahwa di balik kesuksesan seorang laki-laki, pasti ada perempuan hebat di belakangnya. Selain almarhum ibundanya, namun ada istri yang terus mendukung dan menguatkannya.
Anton hadjon selalu punya waktu untuk membangun komunikasi dan hubungan yang mesrah kepada istri, Lusia Barek Hayon. Sosok perempuan ini di mata kerabat dekatnya terkenal sebagai sosok perempuan yang sabar dan ulet. Ia juga terampil mempersiapkan segala hal buat suami selama mengikuti sepak terjang suaminya di kancah politik.
Sering jalan bersama saat suaminya bertemu masyarakat, tetapi sering pula, ia rela seorang diri hadir di tengah-tengah rakyat untuk bertegur sapah sekaligus memberi motivasi layaknya seorang ibu kepada anak-anaknya. Tetapi kadang tak bisa di elak, ada saja badai politik yang menimpa suaminya.
“Saya tahu benar apa yang dikerjakan suami saya. Sebagai wanita yang selalu berada di samping suami, kadang ikut sedih ketika pengorbanan dan niat tulus suami dibalas dengan fitnah dan cemoohan. Tetapi kemudian saya sadar, bahwa pemimpin yang kuat tidak pernah lahir dari angin sepoi-sepoi. Dia harus lahir dari terpaan badai,” Ujar Barek Hayon.
Ketua Tim Penggerak PKK Flores Timur ini mengakui, bahwa litani perjalanan sang suami sudah sangat panjang dan melelahkan. Semangat untuk terus memikirkan nasib banyak orang selalu saja menjadi napas perjuangannya. Ia harus membagi hidupnya kepada negara dan masyarakat.
“Terkadang sebagai istri, dalam suasana santai saya tanya, apa bapa tidak capek berpikir dan terus bekerja untuk banyak orang. Kalau menjadi rakyat khan kita bisa punya banyak waktu untuk anak-anak dan kapan saja bisa ke pantai dan berlibur bersama keluarga. Tetapi beliau menjawab, ini panggilan dan jalan hidupnya. Tidak ada satupun yang bisa menghentikan sekalipun saya sebagai istrinya,” tutur Barek Hayon.
Jalan hidup dan panggilan sebagai politisi telah dilalui dalam sebuah litany yang panjang. Banyak hujatan, tak jarang omelan dan juga cemoohan. Tetapi bagi pemilik zodiac gemini ini, ia hanya cukup memahami apa yang dirasakan orang lain. Seperti karakter yang diceritakan dalam sodiaknya, dia memiliki harapan tinggi yang menimbulkan hasrat akan cinta dan kasih sayang yang disalurkan melalui seni, spiritualitas, atau penyembuhan. Dia tidak pernah menaruh dendam ataupun marah berkepanjangan kepada siapapun saat wibawa kepemimpinannya di obok-obok sampai pada titik yang paling nadir sekalipun.
Rupanya sosok Bupati Flores Timur ini menghayati dengan serius syair-syair balada, yang penuh dengan narasi-narasi cinta dan perjuangan. Dia bisa lelap dalam keletihan hanya dengan syair balada, ia juga bisa menghentikan amarahnya dengan senyum, bahkan mengajak bicara lawan yang sengaja menurunkan derajat kewibawaannya sebagai Bupati.
“Bagi saya, jabatan itu sebuah kepercayaan dan disana ada symbol kedaulatan rakyat. Saya berusaha mendengar dalam diam, agar cita-cita demokrasi dan perjuangan rakyat menuju kesejahteraan tidak terhambat atau terhenti pada ruang politik ‘kekuasaan’. Rakyat harus mendapat tempat yang lebih bermartabat, dimana kebenaran serta kebijaksanaan menjadi fondasinya. Kita tidak membangun demokrasi yang bersifat prosedural, tetapi demokrasi yang kita bangun adalah demokrasi substansial, agar rakyat menjadi lebih berkualitas dalam memberi aspirasi dan pendapatnya buat pemerintah,” tegas Anton.
Sekalipun sejumput problematika terus mewarnai hari-hari hidupnya, penggemar Bonsai ini tetap tegap, pada jalan dan panggilan hidupnya sebagai politisi. Dirinya tidak akan menghapus cerita perjuangan panjang, yang menghantar dia sampai pada posisi sekarang. Kini usianya menjadi setengah abad, lalu kemanakah langkah politik politisi PDI-Perjuangan ini selanjutnya ? Bersama istri dan anak-anaknya, Maria Getrudis Tuti Hadjon, Yoseph Frenadez Kapitan Hadjon, Lambertus Tulen Hadjon, Kalixtus Suban Hadjon dan Theresia Sabu Hadjon, tentu lebih tahu, sebab mereka turut menjadi saksi atas kisah-kisah pengabdian sosok suami dan ayah bagi mereka.
(Bram muda biro Flores Timur).
Komentar